Debu tanah menghantarkan manusia cenderung untuk menikmati kelezatan materi seperti makan, minum, olahraga, dan lain sebagainya. Sedangkan unsur rohani menghantarkan kecenderungan manusia untuk dapat menikmati kelezatan rohani seperti keimanan, berbuat baik, menolong orang lain, dan sebagainya.
Tanah
sebagai pembentuk unsur jasmani itu bersifat fana (hancur). Sedangkan
ruh bersifat permanen. Kehidupanjasmani bersifat sementara atau dengan
istilah lain hanya sekejap mata. Oleh karena itu, kehidupan manusia
dapat dilukiskan hanya dengan kalimat: lahir, menangis, dan mati. Dengan
istilah yang lain dikatakan bahwa kalau manusia lahir diazankan dan
mati dishalatkan. Itulah lamanya kehidupan manusia, diukur antara waktu
azan dan sholat, singkat sekali.
Menyadari
asal kejadian manusia, seharusnya manusia menyadari bahwa ia adalah
makhluk lemah yang tidak sepatutnya bersikap angkuh dan sombong. Waktu
yang singkat merupakan isyarat bagi mansuia untuk mengisi tugas hidupnya
dengan sebaik-baiknya, tanpa mengenal lelah dan capek. Karena iti
jadilah orang yang “malamnya bercermin kitab suci, siangnya bertongkat besi“. Yang berarti dimalam hari menjadi hambayang khusyu’ dalam beribadah, dan disiang hari sebagai pekerja keras.
Konsekwensi dari potensi ruh yang dimiliki oleh manusia, maka manusia adalah “citra Tuhan“.
Hal ini menyebabkan manusia memikul tugas hidup sebagai khalifah
pengganti Tuhan di muka bumi. Tugas kekhalifahanyang diberikan oleh
Allah SWT lebih disebabkan karena manusia memiliki akal yang bentuknya
tidak nampak tapi bekasnya nyata. la berfungsi antara lain: untuk
memahami, menggambarkan sebab-akibat, melakukan yang baik dan yang buruk
serta membedakan antara keduanya. Akal merupakan sumber peradaban dan
azas keutamaan.
Atas
dasar ini, Allah menyatakan hukum dan peraturannya. Manusia dijadikan
sebagai khalifah dengan dibekali akal, diharapkan manusia dapat
melaksanakan tugas mengatur bumi ini dan mengeluarkan rahasia yang
terpendam di dalamnya.
Akal
dijadikan oleh Allah sebagai ciri utama kekhalifahan manusia. Karena
itu, posisi akal sangat tinggi dan kuat. Hal ini sejalan dengan banyak
ayat Al-Quran yang mengajak akal manusia sebagai mitra bicara ketika
Allah menjelaskan proses penciptaan alam raya, di antaranya firman Allah
SWT: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia
diciptakan, Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung
bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” (QS. Al-Ghasyiyah [88]: 17-20)
http://mimbarjumat.com/archives/112
No comments:
Post a Comment